Rabu, 14 Oktober 2009

Perahu Kertas

Saya cuma bisa memandangi tanda tangan bertuliskan nama Dewi Lestari di halaman pertama buku Perahu Kertas ini. Nama itu membuat saya tidak berhenti bersyukur untuk orang-orang dengan talenta seperti Dee. Dan saya juga bersyukur karena bukunya kali ini menyelamatkan saya dari ancaman kebosanan 3 hari training di Bogor Walaupun ada teman yang saya kenal dengan cukup baik, walaupun mendapat room mate yang cukup menyenangkan, tapi 3 hari diluar kota untuk urusan kantor rasanya terlalu ....percuma. Walhasil, sewaktu menemukan buku Perahu Kertas di kamar Wieta, langsung saja saya ambil alih... dan untungnya kali ini Wieta lebih memilih untuk konsentrasi pada modul BSMR-nya.

Perahu Kertas.
Buku ini mengobati kerinduan saya akan sebuah tulisan yang bisa mengaduk emosi. Buku terakhir yang berhasil membuat saya menitikkan air mata adalah "L" yg ditulis oleh Kristy Nelwan; setelah sebelumnya Divortare-nya Ika Natassa juga berhasil membuat saya mewek.
Mereka bertiga Dee, Ika dan Kristy adalah penulis favorit saya. Masing-masing punya gaya penulisan dan karakter yg unik, membedakan satu dengan yang lain.
Kembali ke Perahu Kertas...saya nggak bisa membendung tangan saya untuk nggak bercerita tentang novel ini.
Buku ini mengingatkan saya kembali akan betapa berbakatnya Dee dalam menulis, dan sebuah alasan mengapa karya-karyanya begitu disukai oleh banyak orang. Tulisan Dee mampu menghidupkan sesuatu yang tidak tampak namun ada didalam diri setiap manusia : roh. Tulisannya hidup, karakternya tegas, maknanya dalam namun berhasil disampaikan dengan bahasa yang sangat mudah dicerna, dan (ini yang paling saya suka), menceritakan pengalaman sehari-hari manusia.
Kugy dan Keenan. Dua tokoh central dalam buku ini seolah adalah cermin perjalanan hidup manusia dalam menemukan mimpi terdalam dan jati diri mereka. Semua wanita pasti pernah mengalami apa yang dialami Kugy, pernah merasakan apa yang dirasakan Kugy dan pernah menjalani apa yang dijalani Kugy. Ada saat dimana seorang perempuan sangat yakin akan apa yang diinginkannya, namun ada juga saat dimana ia menjadi terlalu tidak mengenali dirinya sendiri; sehingga jangankan memilih, untuk mengenali rasa yang ada pun sering nggak mampu :)
curhat...? Bisa jadi. Saya sendiri ikut tersenyum, sedih, tertawa dan menangis membaca setiap adegan yang dilakoni Kugy. Dee berhasil dengan sukses melukiskan perjalanan cinta seorang perempuan dalam diri Kugy. Waktu Kugy tau apa yang menjadi impiannya, waktu Kugy tau apa yang membuatnya bahagia, waktu Kugy mengambil keputusan...semuanya dirunut dalam kalimat yang sangat indah. Blessed Dee for this....
Keenan... Mungkin para pria juga mengalami perjalanan seperti Keenan. Yang jelas, saya jadi punya ide bahwa nama Keenan bagus juga kalau jadi nama anak saya kelak :) Nggak bisa nggak jatuh cinta sama karakter Keenan, seandainya ada di dunia nyata, pasti sifatnya bijaksana dan sosoknya berkharisma.
Dee nggak hanya sukses menggambarkan tokoh utamanya, tapi karakter tambahan di novel ini juga sukses digambarkan olehnya. Remi, Luhde, Lena, Adri, Ojos, Eko & Noni, Poyan merupakan karakter figuran yang ceritanya justru memperkuat karakter tokoh utamanya. Banyak pelajaran yang bisa diambil sebenarnya, hanya saja Dee mengemasnya dalam bentuk penggambaran tokoh-tokoh yang manis sekali. Belajar melepaskan, belajar tegas dalam mengambil keputusan, belajar memaafkan, belajar menerima bahwa dirinya bersalah dan harus minta maaf, belajar menyayangi dengan tulus dan banyak lagi.
Terdengar tidak adil memang, karena anya bagian yang bagus-bagus saja yang saya tuliskan disini. Tapi memang demikian adanya. Saya selalu terdiam dan merenung sesaat setelah membaca paragraf-paragraf yang menunjukkan pemahaman Dee tentang hidup dan bagaimana cinta menghidupi hidup itu sendiri. Entah karena sedang membuka lebar-lebar hati dan pikiran menjelang hari besar saya, atau memang karena novel Dee sedemikan mengena di hati pembaca, saya cuma bisa mengamini setiap kalimat yang diciptakan dari sebuah perjalanan hidup yang pastinya sarat makna.

Saya seperti menemukan Keenan dalam kehidupan sehari-hari saya.
Saya seperti ikut serta menjalani kehidupan yang dijalani Kugy, pencariannya...penantiannya...keraguannya...sampai akhirnya ia berhasil menemukan dan mendengarkan suara hatinya...menurutinya dengan bijaksana...dengan penuh keikhlasan....
Saya seperti melihat sisi lain dari sebuah kehidupan yang sama yang selama ini selalu saya nilai hitam-putih, sementara ada warna lain yang sebenarnya lebih semarak, ada merah, hijau, biru, ungu, kuning,.... Dan semua warna itulah yang justru membuat kanvas kosong menjadi indah dan bermakna...

Salut buat Dee...!
(Dan Jenny Jusuf... yang astagadragon...! walau hampir tiap minggu blognya saya sambangi, tapi baru tau kalau ternyata Jenny adalah proofreader untuk Perahu Kertas...^_^)

1 komentar: