Kamis, 07 Januari 2010

Rute Macet yang Baru

Sambil menunggu suami pulang kantor
Sambil pusing dan mual-mual
Sambil melihat kemacetan nggak berujung dari lt.25.

Yuk, mari....

Jam 5 sore keluar Jl. Gatot Subroto setelah hujan lebat memang bisa dibilang "bunuh diri" untuk kendaraan yang menuju ke Cawang dan sebaliknya. Macet Total. Dan saya yakin, karena sesiang tadi habis hujan, maka kemacetan ini pasti melanda seluruh jengkal jalanan di Jakarta. Well eniwei, pertanyaan lama yang tiada jawabnya kembali muncul,
"Gimana sih, caranya mengurangi jumlah kendaraan, baik mobil, motor dan angkutan umum? Gimana sih caranya menambah ruas jalan protokol? Gimana sih caranya mengefektifkan transportasi umum seperti busway dan kereta api? Gimana sih caranya semakin meningkatkan kesadaran orang untuk bergabung dalam BTW? dan sederet pertanyaan klise lainnya yang intinya adalah : GIMANA CARANYA SUPAYA JALAN-JALAN DI JAKARTA BISA BEBAS MACET?

Pertanyaan yang sudah menggantung sejak lebih dari 10 tahun yang lalu saat arus urban di Jakarta belum sedahsyat sekarang, saat jumlah total kendaraan di Jakarta masih jauh di bawah angka 16 juta unit, saat pertambahan unit motor per hari belum mencapai 1,5 juta unit, dan 600 ribu per hari untuk mobil, saat dimana antisipasi kemacetan ini masih banyak yang mikirin dan mau peduli.... Tapi sampai saat ini ya hanya sebatas mimpi di awan-awan. Wacana. Janji palsu. Kenyataannya tetep aja pahit : Jakarta masih macet. (Yes, I know, terdengar putus asa dan pesimis).

Kembali ke pengalaman macet sore ini.
Yang namanya macet memang bukan pengalaman menyenangkan untuk diceritakan. Selama ini, pengalaman macet saya yang paling parah adalah kantor - rumah mama yg jaraknya hanya sekitar 10 km selama 2 jam. Nah, sore ini rutenya adalah rumah mama - apartemen yang jaraknya kurang dari sekitar 8 km, dan ditempuh selama 1,5 jam. Hebat bukan....? *sigh*
Melewati daerah Cawang, kondisinya mulai heboh. Yang namanya Kalau biasanya saya berjibaku dengan motor, kali ini versusnya ditambah bis , angkot dan pejalan kaki! Cawang yang memang dari dulu jadi termpinal tumpah buat bis-bis, angkot angkot dari 4 semua penjuru Jakarta, siapa yang nggak kenal keruwetannya...?
Pejalan kaki lenggang kangkung ditengah jalan protokol ya cuma Jakarta Ibukota Indonesia Raya yang bisa begini...!
Supir bis dan supir angkot yang kalau nyetir 'lincah" banget, nggak inget kalo bodi mobil yang dibawa big size, justru paling sering bermanuver dan melakukan gerakan potong jalur nggak pake liat spion. Yang ada semua kendaraan dibelakangnya lah yang memilih untuk mengalah dan memberi jalan...mirip gaharnya Bronx. Sebetulnya paling enak marah-marah sendiri sama yang namanya bis dan angkot. Hanya saja, kalau melihat penumpang yang mirip ikan teri didalam bis / angkot itu, saya langsung mengurungkan niat. Mereka benar2 berjubel dan mirip ikan teri di penggorengan. Melihat pemandangan ini saya cuma bisa mengingatkan diri sendiri bahwa kondisi saya saat itu jauh lebih baik karena berada di dalam mobil nyaman dengan AC sambil mendengarakan Bobby Caldwell. Melihat pemandangan transportasi umum yang namanya bus memang buah simalakama. Disatu sisi banyak dibutuhkan, tapi disisi lain tidak difasilitasi secara layak. PR lagi deh buat Indonesia tercinta....
Beda ceritanya dengan pasukan motor (yang paling sering bikin saya melenguh...), jumlahnya banyak banget, cara berkendaranya juga "jagoan" ; serempet mobil orang dan cuma nengok balik sambil kasih tangan. Ciaaao....!

*_*

Mobil matic sama sekali tidak mengurangi mual dan pusing saya yang memang selalu datang setelah jam 3 sore. Saya berusaha ngobrol dengan "dede" dan menjelaskan bahwa saat ini "ibu" sedang ada ditengah kemacetan, tolong jangan dikeluarkan dulu yah isi perut ibu :) dia mengerti. Seperti melihat sendiri betapa semrawutnya kondisi cawang saat itu, mual dan pusing saya sedikit berkurang.

Sampai akhirnya tiba juga saya dirumah.
Kami tinggal di lantai 25, dan setelah berada di atas, sambil membuat entry ini dan menyeruput segelas teh hangat, saya cuma bisa geleng2 kepala menyaksikan kemacetan sepanjang lebih dari 20 km di Jln tol menuju Tanjug Priuk. Thanks God saya sudah sampai dirumah yang nyaman ini.
Seperti entry posting sayan beberapa waktu yang lalu, Jakarta di saat malam itu tail of light killer. Pemandangan dari atas sini sih bagus-bagus aja. Tapi jangan tanya rasanya terjebak di tail of light yang macet...
You will not ask for more...

Macet....

1 komentar:

  1. Mending kemana-mana bw kayu putih... Daripada bawa kayu jati... Beraaaatttt hehehe.
    Jaga kandunganmu yah. Kl perempuan pasti cantik :)

    BalasHapus